Thursday, September 15, 2011

Life Lesson from a Daddy ~ On Education

7

This is a story shared by Mr. Angilik, one of the Murut elders at Kg. Alutok, Ulu Tomani during my visits last Monday to Wednesday. This is a Malay version (Sabah Dialect). Only will be translated to English by request. Thanks for reading.

Ongol baru ja terima keputusan SPM dia. Dia dapat SAP dan tia dapat kasi sambung study dia lagi. Angilik, bapak dia mau dia ulang semula supaya dia ada peluang mau kasi sambung belajar. Jadi, dia akan berpeluang untuk dapat kerja yang bagus nanti.

"Ongol, kau tia mau ulang peperiksaan kau lagi ka? Kau tia mau sambung sekula ka?" tanya bapa Ongol.

"Tia mau la apak. Sya mau jadi orang kampung saja. Sya tia mau sambung sekula sya," jawab Ongol pada bapak dia.

Bapanya rasa keciwa tapi dia kasi biar ja keputusan si Ongol. Dia tia mau paksa si Ongol kalau dia tia mau. Nanti bikin susah juga kalau dia tia buat betul-betul. Jadi bapa dia pun kasi peluang si Ongol untuk hidup seperti orang kampung macam yang dia mau.

Suatu hari, "Ongol, mari kau ikut sya pi kabun gatah. Ko tolong sya tabas sana kabun. Ko bilang ko mau jadi dan hidup macam orang kampung kan?" bapak Ongol bawa si Ongol menabas di sana kabun getah durang. Tia menolak permintaan apak dia, si Ongol pun ikut bapak dia pi kabun. Tebas punya tebas, selapas setangah jam, si Ongol kepanatan suda. Dia berenti menabas.

"Napa kau beranti Ongol? Ko panat suda?" tanya bapak si Ongol.

"Ya apak. Panat pula ni jadi urang kampung. Tangan sya luka suda lama nda pigang parang ba ini," jawab si Ongol.

Bapak si Ongol cuma senyum. "Ini kali la kau tau," bapa si Ongol bercakap sendiri.

Selepas beberapa ari, si Ongol bawa apak dia pigi memburu. "Apak, mari kita pigi memburu."

"Bah, marilah. Kita mau bermalam ka balik ari?"

"Nda payah la bermalam. Kita balik ari ja."

Dorang pun bawa bekalan masing-masing dan sikutan masing-masing. Tiga biji nasi bungkus satu urang dan air. Senjata pun durang bawa masing-masing. Awal-awal lagi bapak si Ongol suda pasan sama mama dia supaya jangan larang apa saja yang dia mau buat sama si Ongol sebab dia mau kasi belajar si Ongol. Mau kasi rasa dia macam mana jadi urang kampung. Dalam perjalanan naik turun bukit, si Ongol kasitau bapa dia.

"Apak, kalau kita dapat dua ekur, kita sikut masing-masing am. Ko sikut yang ko dapat, sya sikut yang saya dapat". 

"Bah, mana kau saja. Tapi, kalau kau dapat yang basar, ko sikutla sendiri am. Kita sikut yang kita sendiri dapat saja."

Si Ongol pun akun taruhan bapak dia.

Sampai di satu bukit, bapak si Ongol nampak anak babi. Dia suruh si Ongol diam-diam tunggu dia di belakang sebab bapak dia mau timbak anak babi tu. Tapi si Ongol ni, nda mau kalah, tanpa pengetahuan bapak dia, dia pigi sebalik tu bukit pusing dari jalan belakang. Bapak si Ongol dapat la tu anak babi. Tiba-tiba dia dingar bunyi timbak dari sebalik bukit. Dia teriak panggil si Ongol, dia dapat ka tidak. Rupa-rupanya di sebalik bukit tu ada indung tu babi. Jadi si Ongol dapat la pula tu indung babi. Nah, basar gia dia dapat tu. Masa durang mau sikut tu babi, si Ongol bingung suda.

"Apak, kita tukar la am. Kau sikut ni indung babi, sya sikut ni anak babi."

"Aih, mana bulih, kau suda akun kan tadi yang kita sikut yang kita sendiri dapat."

"Mmmm... kalau begitu, kita putung saja la kepala ni babi am. Tulang saja juga ni."

"Bah, ya la. Kita buang isi perut tu babi juga tapi jangan buang tu perut. Nda juga ada tulang perut dia ni. Sayang kalau kita buang."

Jadi, durang pun sikutla babi yang masing-masing durang dapat. Dalam perjalanan, turun pulang rumah si Ongol keberatan suda bawa tu indung babi, tapi dia tahan saja sebab dia suda akun sama baba dia. Tiba-tiba,

"Apak, ada lagi air kau ka?"

"Mana ada suda ni. Habis suda air sya."

Si Ongol yang kepanatan dan haus nda tahan suda. Dia pun pigi ambil air di atas daun tarap yang di siring-siring jalan dan minum tu air.

"Ongol, nda kutur ka itu air?"

"Ahhh.... kutur ka inda, paduli la apak. Sya haus betul suda ni."

Durang pun teruskan perjalanan. Bahagian pinggang si Ongol mulai sakit dan bengkak. Dia nda tahan suda tapi mau juga tunjuk hero sama bapak dia. Dekat jam 10 malam baru durang sampai rumah. Sampai-sampai saja di rumah, si Ongol kasi ampai saja sikutan dia. Lepas tu dia terus ja baring di dapur rumah durang. Dia tia pun pi mandi atau kasi bersih badan dia yang penuh dengan darah babi. Minum air pun dia nda suda. Terus mengampai dan tidur sampai pagi. Mama si Ongol risau juga tinguk keadaan si Ongol.

"Teruk juga kau kasi biar si Ongol sikut indung babi ni."

"Biar saja dia tu. Biar dia terbelajar. Bukan senang mau jadi urang kampung ni. Kasi biar ja dia tu. Bangun besuk, dia mandi dan makan la tu."

Besuk dia, baru si Ongol mandi dan makan. Masa makan, dia macam khayal-khayal saja. Mengkali dia pikir, mana bagus, belajar ka idup macam urang kampung. Macam bapak dia. Beberapa hari kemudian dia pi kasitau mama dia yang dia mau pi mengulang tingkatan 5.

"Si Ongol kasitau sya dia mau belajar lagi," mama si Ongol kasitau bapak dia.

"Nah, baru dia tau, bukan senang mau jadi urang kampung. Nanti la sya pi jumpa pengetua dan kasi daftar dia," jawab bapak si Ongol.

Bapak dia pi hantar dia di sekula lama dia, pihak sekolah pun terima dia semula. Jadi dia pun meneruskan persekolahan dia dan dia lulus peperiksaan SPM.

Sekarang si Ongol bekerja di Jabatan Kastam Tawau dan dia suda kawin dan ada sorang anak. Kadang-kadang bapak dia ada juga imbas balik cerita ini sama dia, si Ongol hanya mampu senyum dan syukur sebab kalau bapak dia nda bikin begitu mesti dia masi lagi di kampung.

Demikianlah cerita si Ongol!

With Love,
Little Rose

7 comments:

  1. ha ha ha... ko paham juga ka cewek... bhs sabah sya pun bukan lurus juga ni... tembirang ja ni... :-P

    ReplyDelete
  2. mandak, how i wish i can share this to everyone yg hidup senang tp masi x bersyukur.... a good motivation, trus sia respect bapa c ongol...

    ReplyDelete
  3. Frouline--bah, kau kawan juga sama si su, minta la bah ajar dia sikit2.. tapi paham sikit2 tu pun okay juga ba.. ;-)

    Joan--Mandak, u can share this story with others. It is a real true story from a kampong ppl and it is really uplifting kan? This is also how, my mum urge me to sekolah when i was still budak2. But not se-extreme inilah... he he he

    ReplyDelete
  4. Sa respect butul cara bapa si ongol kasih pengajaran sama si ongol last2 berbaloi juga untuk diri dia sendiri

    ReplyDelete
  5. Rose Flower--Tu la, sya balik2 bilang sama si Aman ni masa dia cerita sama sya tu "Aman, saya kagum betul o dgn cara kau kasi sedar anak kau ni. Saya akan tulis ni cerita". Doi, semangat lagi sya tu masa sya cakap dgn tu org tua... ha ha ha... but really inspiring.. :-)

    ReplyDelete

Disclaimer

The materials in this blog is a personal thoughts, ramblings from the author with some link to the other sources website.

Reproduction, distribution, republication, and/or retransmission of material contained within this blog are prohibited unless the prior written permission from author of this blog.

(c) rosesdailyjournal.blogspot.com / rose.ragai@gmail.com

Blog Archive